Jumat, 18 Oktober 2013

Bahasa Indonesia "Khotbah"

Om Swastyastu, selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.
Pertama marilah kita panjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan rahmat Beliaulah kita semua dapat berkumpul pada pagi hari yang cerah ini.
Hadirin yang berbahagia,
Apakah hadirin tau apakah itu Karma? Baiklah pada khotbah saya pada pagi hari ini akan membahas mengenai Karma Phala. Seperti yang kita ketahui bersama kita hidup di dunia ini adalah berbuat dan selalu berbuat, entah itu baik ataupun buruk dan entah itu disengaja maupun tidak disengaja. Nah, kesemuanya perbuatan tersebut baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja itulah yang disebut dengan Karma. Sedangkan Phala berarti buah atau hasil. Jadi Karma Phala adalah hasil perbuatan atau hasil karma.
Hadirin yang terhormat,
Tujuan kita hidup di dunia ini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memperbaiki karma-karma kita. Hal ini bertujuan agar kita dapat terlepas dari belenggu ikatan Punarbhawa atau kelahiran yang berulang-ulang, dan semakin mendekatkan diri kita terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa. Untuk memperbaiki karma-karma kita, yang harus kita lakukan adalah menanam karma-karma baik (subha karma) atau kusala karma. Dan hindarilah karma-karma buruk (asubha karma) atau akusala karma. Adapun hal-hal yang mempangurhi kita dalam mencapai moksa yang dijelaskan dalam Kitab Agastya Parwa 351-15 yang berbunyi sebagai berikut :
“Ada 3 hal yang menyebabkan surga (kebahagiaan) dan neraka (kesengsaraan) yaitu perbuatan, perkataan dan pikiran. Tiga hal tersebut memiliki tingkatan yaitu rendah, menengah dan utama. Lebih tinggi nilai perkataan dari pada perbuatan, dan lebih tinggi nilai pikiran dari pada perkataan. Adapun orang yang oleh karenanya melakukan perbuatan yang tidak baik, yaitu tingkah lakunya tidak baik, perkataannya pun tidak baik terlebih lagi pikirannya tidak baik, maka sangat besar lah dosa orang tersebut.”
Karma Phala berdasarkan pembagian waktunya dapat dibedakan menjadi 3 yaitu Sancita Karma Phala, Prarabda Karma Phala dan Kryaman Karma Phala. Dimana Sancita Karma Phala adalah perbuatan atau karma yang dilakukannya pada kehidupan yang sebelumnya dan hasilnya diterima pada kehidupan yang sekarang. Sedangkan Prarabda Karma Phala adalah karma yang dilakukan pada kehidupan sekarang dan hasilnya diterima juga pada kehidupan yang sekarang. Dan Kryamana Karma Phala adalah karma yang dilakukan pada kehidupan sekarang yang hasilnya diterima pada kehidupan yang akan datang.
Kita ambil salah satu contoh Sancita Karma Phala, yaitu dapat diceritakan dari cerita berikut ini : Pada akhir perang Brathayuda, Prabu Drestarata bertanya kepada Sri Krisna mengapa nasib yang diterimanya begitu buruk yaitu hidup dalam keadaan buta dan 100 anaknya meninggal pada perang Brathayuda. Sri Krisna pun menjawab bahwa hal tersebut diakibatkan oleh karma yang dilakukannya pada 50 kali kelahirannya yang terdahulu. Pada saat itu Prabu Drestarata adalah seorang pemburu burung, dan Beliau melepaskan panah api ke pohon tempat 100 anak burung bersarang. Seketika itu 100 anak burung tersebut terbakar menjadi abu dan induk burung tersebut yang ingin menyelamatkan100 anak-anaknya menjadii buta akibat terkena kobaran api. Dosa tersebut yang kemudian menjadi semakin buruk akibat perbuatan-perbuatan yang dilakukan selama 50 kali kelahirannya itu adalah karma-karma buruk sehingga semakin menambah beban dosa itu, sehingga menyebabkan dia harus menerima takdir terlahir dalam keadaan buta dan 100 anak-anaknya meninggal. Drestarata menanyakan lagi, mengapa perbuatan dosa yang dia lakukan itu tidak dia terima hasilnya pada kehidupan itu juga, mengapa harus menunggu hingga 50 kali kelahiran. Sri Krisna pun menjawabnya dengan tersenyum. Hal tersebut terjadi karena pada perbuatan dosa yang dilakukannya tersebut, hasilnya diterima harus menunggu waktu yang tepat dan saat yang tepat. Pada 50 kali kelahirannya bisa saja Prabu Drestarata melakukan perbuatan-perbuatan baik (Subha Karma) sehingga dapat meringankan dan mengurangi dosa yang dia perbuat. Namun pada 50 kelahirannya itu karma yang dilakukan adalah karma-karma buruk sehingga sangat besarlah dosa yang dilakukannya. Sehingga demikianlah hasil yang harus diterimanya yaitu terlahir dalam keadaan buta dan 100 anaknya meninggal. Memang dosa yang dilakukannya tidaklah besar yaitu membunuh 100 ekor anak burung, namun apabila ditumbuk lagi dengan karma-karma yang tidak baik maka sangat besarlah dosa yang dilakukannya. Bagaikan setitik air di tengah lautan, apabila dihempas oleh gelombang maka tidak akan bersuara, namun apabila berjuta-juta titik air dihempas oleh gelombang maka akan terdengar suara gemuruh yang sangat besar.
Demikianlah sepenggal cerita mengenai Sancita Karma Phala dimana karma yang kita lakukan pada kehidupan yang sebelumnya dan hasilnya kita terima pada kehidupan yang sekarang. Sesungguhnya apapun yang kita lakukan itulah yang kita terima, bagaikan seorang petani yang menanam jagung maka yang dipetiknya juga jagung, dan apabila menanam singkong maka yang dinikmatinya adalah singkong.
Adapun Hukum Karma Phala yang kita terima tidak hanya pada kehidupan duniawi, namun juga pada kehidupan di akhirat yang segala perbuatan kita telah dicatat oleh Sang Hyang Suratma dan akan diberi hukuman oleh Sang Hyang Yamadipati. Hukuman-hukuman tersebut ialah sebagai berikut :
1.      Kawah Tamra Gohmukha yaitu merupakan tempat untuk menghukum atma-atma yang pada waktu hidupnya melakukan perbuatan dosa, hingga merugikan orang lain.
2.      Batu Mecepak yaitu merupakan tempat untuk menguhuk atma-atma yang berbuat dosa akibat perbuatan mulutnya yang tidak baik.
3.      Tihing Petung di bawahnya jurang yaitu merupakan tempat untuk menghukum atma-atma yang suka melakukan black magic (ilmu hitam).
4.      Titi Ugal Agil yaitu merupakan tempat untuk menghukum atma-atma yang melakukan perbuatan memfitnah
5.      Kayu Curiga yaitu merupakan tempat untuk menghukum atma-atma yang melakukan hubungan cinta dengan bukan istrinya.
6.      Tegal Penangsaran yaitu merupakan tempat untuk menghukum atma-atma yang melakukan perbuatan dosa karena sering membuah orang panas hati.

Hadirin yang berbahagia,
Sesungguhnya segala hal yang kita terima dan alami adalah merupakan karena perbuatan kita sendiri, yang merupakan karma yang kita lakukan pada waktu yang terdahulu. Jadi apabila kita terkena suatu musibah atau pun hal yang tidak menyenangkan maka kita harus dapat menerimanya dengan lapang dada dan tabah, karena itu semua karena perbuatan kita sendiri pada waktu yang terdahulu dan jangan sekali-sekali kita menyalahkan orang lain atas musibah yang kita terima. Oleh karena itu, kita sebagai umat manusia harus selalu berbuat baik (subha karma) agar dapat semakin mendekatkan diri kita terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan mencapai moksa demi menemukan kebahagiaan tanpa kesengsaraan atau Suka tanpawali dukha.
Demikianlah khotbah yang dapat saya sampaikan, mohon maaf apabila ada kesalahan sepatah maupun dua patah kata dan semoga bermanfaat untuk kita semua. Akhir kalimat saya memiliki 1 kalimat, apa yang kita rasa, apa yang kita lihat, apa yang kita alami semua karna kita sendiri.
Om Shanti Shanti Shanti Om

Tidak ada komentar:

Posting Komentar