Om Swastyastu, selamat pagi dan salam
sejahtera untuk kita semua.
Pertama marilah kita panjatkan puja dan
puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan rahmat
Beliaulah kita semua dapat berkumpul pada pagi hari yang cerah ini.
Hadirin yang berbahagia,
Apakah hadirin tau apakah itu Karma?
Baiklah pada khotbah saya pada pagi hari ini akan membahas mengenai Karma
Phala. Seperti yang kita ketahui bersama kita hidup di dunia ini adalah berbuat
dan selalu berbuat, entah itu baik ataupun buruk dan entah itu disengaja maupun
tidak disengaja. Nah, kesemuanya perbuatan tersebut baik yang disengaja ataupun
yang tidak disengaja itulah yang disebut dengan Karma. Sedangkan Phala berarti
buah atau hasil. Jadi Karma Phala adalah hasil perbuatan atau hasil karma.
Hadirin yang terhormat,
Tujuan kita hidup di dunia ini tidak
lain dan tidak bukan adalah untuk memperbaiki karma-karma kita. Hal ini
bertujuan agar kita dapat terlepas dari belenggu ikatan Punarbhawa atau
kelahiran yang berulang-ulang, dan semakin mendekatkan diri kita terhadap Ida
Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa. Untuk memperbaiki karma-karma
kita, yang harus kita lakukan adalah menanam karma-karma baik (subha karma)
atau kusala karma. Dan hindarilah karma-karma buruk (asubha karma) atau akusala
karma. Adapun hal-hal yang mempangurhi kita dalam mencapai moksa yang
dijelaskan dalam Kitab Agastya Parwa 351-15 yang berbunyi sebagai berikut :
“Ada 3 hal yang menyebabkan surga
(kebahagiaan) dan neraka (kesengsaraan) yaitu perbuatan, perkataan dan pikiran.
Tiga hal tersebut memiliki tingkatan yaitu rendah, menengah dan utama. Lebih
tinggi nilai perkataan dari pada perbuatan, dan lebih tinggi nilai pikiran dari
pada perkataan. Adapun orang yang oleh karenanya melakukan perbuatan yang tidak
baik, yaitu tingkah lakunya tidak baik, perkataannya pun tidak baik terlebih
lagi pikirannya tidak baik, maka sangat besar lah dosa orang tersebut.”
Karma Phala berdasarkan pembagian
waktunya dapat dibedakan menjadi 3 yaitu Sancita Karma Phala, Prarabda Karma
Phala dan Kryaman Karma Phala. Dimana Sancita Karma Phala adalah perbuatan atau
karma yang dilakukannya pada kehidupan yang sebelumnya dan hasilnya diterima
pada kehidupan yang sekarang. Sedangkan Prarabda Karma Phala adalah karma yang
dilakukan pada kehidupan sekarang dan hasilnya diterima juga pada kehidupan
yang sekarang. Dan Kryamana Karma Phala adalah karma yang dilakukan pada
kehidupan sekarang yang hasilnya diterima pada kehidupan yang akan datang.
Kita ambil salah satu contoh Sancita Karma
Phala, yaitu dapat diceritakan dari cerita berikut ini : Pada akhir perang
Brathayuda, Prabu Drestarata bertanya kepada Sri Krisna mengapa nasib yang
diterimanya begitu buruk yaitu hidup dalam keadaan buta dan 100 anaknya
meninggal pada perang Brathayuda. Sri Krisna pun menjawab bahwa hal tersebut
diakibatkan oleh karma yang dilakukannya pada 50 kali kelahirannya yang
terdahulu. Pada saat itu Prabu Drestarata adalah seorang pemburu burung, dan
Beliau melepaskan panah api ke pohon tempat 100 anak burung bersarang. Seketika
itu 100 anak burung tersebut terbakar menjadi abu dan induk burung tersebut
yang ingin menyelamatkan100 anak-anaknya menjadii buta akibat terkena kobaran
api. Dosa tersebut yang kemudian menjadi semakin buruk akibat
perbuatan-perbuatan yang dilakukan selama 50 kali kelahirannya itu adalah
karma-karma buruk sehingga semakin menambah beban dosa itu, sehingga
menyebabkan dia harus menerima takdir terlahir dalam keadaan buta dan 100
anak-anaknya meninggal. Drestarata menanyakan lagi, mengapa perbuatan dosa yang
dia lakukan itu tidak dia terima hasilnya pada kehidupan itu juga, mengapa
harus menunggu hingga 50 kali kelahiran. Sri Krisna pun menjawabnya dengan
tersenyum. Hal tersebut terjadi karena pada perbuatan dosa yang dilakukannya
tersebut, hasilnya diterima harus menunggu waktu yang tepat dan saat yang
tepat. Pada 50 kali kelahirannya bisa saja Prabu Drestarata melakukan
perbuatan-perbuatan baik (Subha Karma) sehingga dapat meringankan dan
mengurangi dosa yang dia perbuat. Namun pada 50 kelahirannya itu karma yang
dilakukan adalah karma-karma buruk sehingga sangat besarlah dosa yang
dilakukannya. Sehingga demikianlah hasil yang harus diterimanya yaitu terlahir
dalam keadaan buta dan 100 anaknya meninggal. Memang dosa yang dilakukannya
tidaklah besar yaitu membunuh 100 ekor anak burung, namun apabila ditumbuk lagi
dengan karma-karma yang tidak baik maka sangat besarlah dosa yang dilakukannya.
Bagaikan setitik air di tengah lautan, apabila dihempas oleh gelombang maka
tidak akan bersuara, namun apabila berjuta-juta titik air dihempas oleh
gelombang maka akan terdengar suara gemuruh yang sangat besar.
Demikianlah sepenggal cerita mengenai
Sancita Karma Phala dimana karma yang kita lakukan pada kehidupan yang
sebelumnya dan hasilnya kita terima pada kehidupan yang sekarang. Sesungguhnya
apapun yang kita lakukan itulah yang kita terima, bagaikan seorang petani yang
menanam jagung maka yang dipetiknya juga jagung, dan apabila menanam singkong
maka yang dinikmatinya adalah singkong.
Adapun Hukum Karma Phala yang kita
terima tidak hanya pada kehidupan duniawi, namun juga pada kehidupan di akhirat
yang segala perbuatan kita telah dicatat oleh Sang Hyang Suratma dan akan
diberi hukuman oleh Sang Hyang Yamadipati. Hukuman-hukuman tersebut ialah
sebagai berikut :
1. Kawah
Tamra Gohmukha yaitu merupakan tempat untuk menghukum atma-atma yang pada waktu
hidupnya melakukan perbuatan dosa, hingga merugikan orang lain.
2. Batu
Mecepak yaitu merupakan tempat untuk menguhuk atma-atma yang berbuat dosa
akibat perbuatan mulutnya yang tidak baik.
3. Tihing
Petung di bawahnya jurang yaitu merupakan tempat untuk menghukum atma-atma yang
suka melakukan black magic (ilmu hitam).
4. Titi
Ugal Agil yaitu merupakan tempat untuk menghukum atma-atma yang melakukan
perbuatan memfitnah
5. Kayu
Curiga yaitu merupakan tempat untuk menghukum atma-atma yang melakukan hubungan
cinta dengan bukan istrinya.
6. Tegal
Penangsaran yaitu merupakan tempat untuk menghukum atma-atma yang melakukan
perbuatan dosa karena sering membuah orang panas hati.
Hadirin yang berbahagia,
Sesungguhnya segala hal yang kita terima
dan alami adalah merupakan karena perbuatan kita sendiri, yang merupakan karma
yang kita lakukan pada waktu yang terdahulu. Jadi apabila kita terkena suatu
musibah atau pun hal yang tidak menyenangkan maka kita harus dapat menerimanya
dengan lapang dada dan tabah, karena itu semua karena perbuatan kita sendiri
pada waktu yang terdahulu dan jangan sekali-sekali kita menyalahkan orang lain
atas musibah yang kita terima. Oleh karena itu, kita sebagai umat manusia harus
selalu berbuat baik (subha karma) agar dapat semakin mendekatkan diri kita
terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan mencapai moksa demi menemukan
kebahagiaan tanpa kesengsaraan atau Suka tanpawali dukha.
Demikianlah khotbah yang dapat saya sampaikan,
mohon maaf apabila ada kesalahan sepatah maupun dua patah kata dan semoga
bermanfaat untuk kita semua. Akhir kalimat saya memiliki 1 kalimat, apa yang
kita rasa, apa yang kita lihat, apa yang kita alami semua karna kita sendiri.
Om Shanti Shanti Shanti Om
Tidak ada komentar:
Posting Komentar